Kamis, 07 Juni 2012

Uwais Al Qorni



Ada yang tau film The Raid????
Pasti taulah yaa, itu lhoo yang main kakang Iko Uwais.
Hahaha,lho kok ketawa, iya soalnya klo ingat film The Raid,
pengennya ketawa,hahahaha. lhoh,lhoh,lhoh,
Klo ga salah ingat, kami nonton sekitar 2-3 hari setelah premier,
yang ngantri tiket si Marco,dan kami nonton cuma ber4, 
Saia, Maknyak Tiwi, Marco dan Jack,
ditambah 2 orang Saudaranya Marco yang janjian ketemuan di 21 Amplaz.

Kenapa Ketawa??? emangnya lucu ni Film?? Engga!!!
Yang lucu adalah personel genk kami yang ikut nonton, yaitu Pache Mache (Maknyak Tiwi dan Jack),
eeee mamaaa mereka orang Papua punya, dengan logat bahasa Papua yang amat sangat kental yang agak2 mirip ma logat Ambon juga. Kelucuan itu dimulai ketika siang hari Marco sms personel yang ikut,
"ntar malam jam8 diAmplaz ya :D"
Oke malam mulai tiba,,tik tok tik tok tik tok jam menunjukan jam7 kurang, tidak ada tanda2 kemunculan Jack, yang memang sudah janji mau ngejemput kami semua. Tiap Dihubungin selalu bilang OTW.OTW.OTW dan ga nongol2.
Saia bahkan sampai bisa berkunjung ke beberapa kamar anak PH lainnya,saking galaunya nungguin kedatangan Jack, bukannya kenapa2,takut telat!. Tiba2 ada teriakan anak kos yang manggil Kak Deeeeeeeeeeeeees Jemputan, woh saia langsung lari keluar, dan kaget ketika ngeliat yang nongol Jack dewekan.
"lha yang lain mana jack?"
"Belum aku jemput" dengan polosnya jack berujar,
Owh MyGod, padahal tu ya, saia itu posisi di Kaliurang KM 14,5.
Tiwi itu Posisi di Km9 kiri jalan, Marco di KM10 kiri jalan juga dan Jack dari KM5. Heloooooooooo kenapa ga jemput mereka dulu sih,
bukannya kenapa2 lagi ya, mefeeeeeettttt banget tu jam.
Belum lagi perjalanan ke Amplaz itu bisa nyampe 30 menit klo pake mobil, klo naek motor mah enak, ngepot kirikanan. Belum lagi nyari parkiran, huaaaaaaaa

Alhasil, saia cuma manyun2 gag jelas dimobil, terus tu ya sambil menghibur diri, "Insyaallah sempetlah ya kita nontonnya",
"iya bagaimana ini kita terlambat sudah pache" kata si Tiwi
si Jack juga tampak gundah gulana, "iya nih aku juga bingung nih, iya nih,aku blabla bla",
yang saia agag gimana, bukan karena takut ga sempet nontonnya, tapi kagak enak ma Marconya, mana dia udah cape-cape ngantri masa cuma nonton separo film, ato malah jangan2 pas kami masuk udah ada tulisan THE END nya hahaha, dan Marco dimobil cuma diem aja, terus karena keadaan semakin memanas akibat 2 cwe yang gundah gulana, dan gag berhenti ngoceh menghibur diri, akhirnya Marco bersuara juga.
"udah! udah! insyaallah sempet nontonnya!!!!"
Dalam hati saia, yakin bener nih si Marco, terus dia berkata,
"kan Mulainya jam9.hahahahhahahhaha"
"What??? Marco??? serius jam 9????"
"iyalah aku dah tau kebiasaan kalian lelet begini, makanya aku kabarin filmnya main jam8, wokwowkwowkok"

Dia tertawa puas sekali, dan kali ini saia mengakui kecerdasannya. hahahahaha, klo gag kayagitu bakalan telat beneran kitanya. Hahahahahhahahahahaha
Dan kami sampai diamplaz sekitar jam9 kurang 15menit, mau jadi apa coba klo tu film beneran main jam8.haha

Ketika film sudah hampir mulai, tiba2 si tiwi grusakgrusuk nengokin dan perhatiin si Marco, terus dia berbisik pada saia,
"Gila itu si Marco, belum berapa menit dah diembat tu 2 cwe disampingnya,liat tuh cekakakcekikikan gitu",
saia tengok, yaelaaaaaaaahhhh, gimana gag cekakakcekikikan wie, itu mah kakak ma adeknya Marco ! hahahaha
Kelucuan berikutnya ketika ada beberapa dialog film The Raid yang diperankan oleh aktor2 dari Indonesia bagian timur,
itu lho yang adegan si Rama alias Iko Uwaisnya dikejar2 ma orang yang mau bunuh dia pake golok, yang menggunakan bahasa dan logat yang Tiwi dan Jack bangetlah pokoknya.hahahahahahaha
Sumpe deh nonton The Raid bareng merekan berasa nonton The Rat yang lagi jumpalitan lucu2,,:D

Oke, cerita diatas hanya intermezo sebelum cerita selanjutnya yang memang sedikit terkait dengan cerita diatas.
Yaitu tentang si Pemilik nama Uwais Al Qorni, bukan Kakang Iko Uwais si Jago silat tokoh utama Film The Raid, tapi tentang Uwais Al Qorni, sang penghuni langit. Apa hubungannya sama Iko Uwais?? gara2 namanya sama-sama Uwais ya?
Jadi, disuatu pagi yang cerah, saia menyalakan tipi, dan muncul sesosok Iko Uwais disalah satu impotainment, sedang membicarakan kesuksesan yang dia raih akibat totalitasnya di The Raid, nah narator impotainment berujar,
artis yang memiliki nama lengkap Uwais Al Qorni ini and soon and soon sampe habis tu cerita iko langsung Babe aye pindah ke channel lain
channel khusus berita, nah disitu jg diulas tuh The Raid, terus babe aye manggut-manggut terus bergumam,
ya pantes aja sukses, namanya aja Uwais Al Qorni#ngomongin si Iko Uwais.

Lha saia bingung dong, emang kenapa dengan nama Uwais Al Qorni????
"Astagfirullah,kmu gag tau Uwais Al Qorni Ci??"
'enggag, mungkin pernah tau tapi lupa'
saia berusaha mengingat, kayaknya sahabat Rasulullah ga ada deh yang namanya Uwais Al Qorni, apa raja-raja gitukah ya, tapi saia memang gag asing dengan nama itu.
'itu adalah orang Yaman, yang disebut nabi sebagai Penghuni Langit Ci, karena dia gag dikenal dibumi
karena dia orang miskin pinggiran penyakitan tapi sangat taat dan cinta kepada Ibunya juga cinta kepada Rasulullah'
Abah saia bercerita panjang lebar,
saking penasarannya saia, karena memang saia pernah tau riwayatnya, tapi lupa total. Akhirnya saia lari ke lemari buku, dan menemukan buku yang berjudul 101 kisah teladan, dan benar, ada cerita tentang Uwais Al Qorni disana. Wow.. Great Human..
Iseng-iseng saia googlinglah tentang Uwais Al Qorni,
dan saia mendapatkan cerita dalam versi lebih lengkap  :

Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni.
Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin.
Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.

Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nab, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang.
Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya.
 Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”


Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab.
Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit.
Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari?
Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ? Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah.
Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam.
Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”


Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber : Kisah orang-orang sabar.
http://dmrulirubrik.blogspot.com


Dari awal cerita sampai akhir saia tidak berhenti merinding, luar biasa banget beliau ini. Luar Biasa.
Benar apa yang dikatakan Rasulullah bahwa Uwais Al Qorniy adalah tabiin terbaik yang pernah ada,
seperti sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
 Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik Tabi'in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan
 ia memiliki seorang ibu dan juga punya penyakit kusta; maka mintalah kepadanya agar ia memohonkan ampunan
kepada Allah untuk kalian.
(Shahih Muslim, juz IV: 1968; Musnad Ahmad, juz I: 38).
Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran dari Riwayat Uwais Al Qorni ini. Amin. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar